Redenominasi tak Jamin Rupiah Bakal Bergengsi

Written By Unknown on Selasa, 05 Februari 2013 | 12.16

Tribun Kaltim - Selasa, 5 Februari 2013 12:23 WITA

Oleh:  Edwin Noviansyah Rachim
PNS Biro Perlengkapan Setda Provinsi Kaltim

Membaca tulisan di beberapa media cetak maupun elektronik  yang berjudul Rupiah Bakal Bergengsi, memang menarik perhatian publik yang menunjukkan bahwa betapa nilai rupiah tidak terlalu berarti dibandingkan mata uang asing lainnya.

SEBAGAI contoh 1 USD sama dengan Rp 9.788 sehingga hitungan rupiah kita terlalu besar untuk mendapatkan nilai yang sama terhadap mata uang asing lainnya seperti USD sehingga uang Rp 1000 pun hampir tidak ada artinya jika dikumpulkan sampai Rp 100.000.

Nilai Rp 1 hampir sudah tidak ada lagi, sebenarnya hal seperti ini dalam pemerintahan Orde Lama (Presiden Soekarno) pernah dicoba untuk disehatkan dari Rp 1.000. Uang lama menjadi Rp 1 uang baru, akan  tetapi kurs terhadap dolar Amerika Serikat 1 USD sama dengan Rp 260, tetapi pada akhirnya kebijaksanaan tersebut tidak berarti apa-apa lagi terhadap moneter di Indonesia.

Hal tersebut disebabkan kurang bisanya Pemerintah Indonesia menjaga stabilitas moneter terhadap kurs (nilai tukar) khususnya USD dan harga dalam negeri. Hampir setiap tahun kita mencetak uang baru Rp 50.000 ke atas bahkan lebih dan uang recehan seperti Rp 100 sampai Rp 10.000 sehingga nilai riilnya sangat merosot dan tidak terkendali karena inflasi dalam negeri.

Apa saja yang berkenaan dengan nilai mata uang kalau pencetakannya tanpa batas dan kendali lebih-lebih tanpa pengawasan lembaga independen yang jumlahnya tidak sesuai dengan nilai barang dan jasa yang dapat ditukar dengan mata uang tersebut maka secara teoritis harga akan merangkak naik, sehingga nilai kurs berubah menjadi turun.

Contohnya yaitu kurs 1 USD yang pada tahun 1965-1966 Rp 260 hingga sekarang menjadi Rp 9.788 dan uang Rp 1 yang baru menjadi hilang tanpa harga yang berarti. Ini berarti terjadinya akumulasi inflasi yang begitu hebat di Indonesia sehingga mata uangnya jatuh.

Kalaupun dalam tahun ini kita mencoba memperbaikinya lagi dengan menyederhanakan atau meredenominasi dimana Rp 1.000 menjadi Rp 1 jelas sejarah akan berulang secara perlahan-lahan karena bangsa kita sudah terbiasa dengan hitungan yang terlalu besar dan tidak pernah mengoreksi apa penyebabnya.

Secara teori moneter kita bisa menanyakan berapakah jumlah uang beredar yang disiapkan oleh Bank Indonesia pada setiap tahun anggaran jawabannya adalah 10 persen dari GNP (Gross National Product) yang menjadi persoalan sekarang adalah kebijakan fiskal yang dibuat oleh pemerintah sering berlebihan sehingga setiap tahun kita sering memperbesar jumlah uang beredar dan menyebabkan nilai tukar pun merosot, lebih-lebih jika pencetakan uang tersebut dilakukan oleh Bank Indonesia tanpa pengawasan yang independen jelas sangat membahayakan kebijakan moneter, yang hasilnya bukan memperkuat nilai rupiah tetapi memperlemah nilai rupiah. Sedangkan dari pelaku dunia usaha redenominasi tidak berarti apa-apa, yang ada hanyalah perubahan nilai nominal saja.

Kekuatan suatu mata uang ditentukan oleh pertama, stabilitas keuangan negara yang terjaga dengan baik dan mengkoordinasikannya dengan kebijakan moneter yang dilakukan oleh Bank Indonesia, jadi kebijakan fiskal intinya menyelaraskan dengan kebijakan moneter. Kedua, neraca perdagangan luar negeri yang sehat, bahkan cenderung surplus atau menguasai secara global. Ketiga, kemampuan teknologi yang banyak negara tergantung seperti halnya Amerika Serikat, Jepang dan Korea. Keempat, Independency Bank Indonesia, kebijakan nilai tukar yang rasional seperti nilai tukar rupiah kita dengan nilai tukar dolar Amerika Serikat. Misalnya harga 2 kaleng Coca Cola di Amerika dengan harga 100 Cen Amerika sama dengan 1 USD, sama dengan Rp 9.788. Ini berarti nilai uang kita seharusnya lebih turun lagi atau nilai tukar rupiah kita sama dengan 2 (dua) kaleng Coca Cola.

Betapa inflasi mendera perekonomian Indonesia tanpa terasa. Bayangkan saja dalam beberapa tahun terakhir ini harga emas per gramnya dari Rp 375.000 menjadi Rp 500.000 atau lebih. Jadi bagaimana ekonomi Indonesia melihatnya? Bukankah ini yang dinamakan inflasi! (*)


Anda sedang membaca artikel tentang

Redenominasi tak Jamin Rupiah Bakal Bergengsi

Dengan url

http://beritakaltime.blogspot.com/2013/02/redenominasi-tak-jamin-rupiah-bakal.html

Anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya

Redenominasi tak Jamin Rupiah Bakal Bergengsi

namun jangan lupa untuk meletakkan link

Redenominasi tak Jamin Rupiah Bakal Bergengsi

sebagai sumbernya

0 komentar:

Posting Komentar

techieblogger.com Techie Blogger Techie Blogger