Perekonomian Lesu, Sopir di Nunukan Mengeluh

Written By Unknown on Senin, 22 Juli 2013 | 12.16

NUNUKAN,tribunkaltim.co.id - Perekonomian di Nunukan benar-benar 'kurang darah'. Perputaran ekonomi khususnya di Pulau Nunukan nyaris hanya ditopang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten Nunukan. Sementara sektor-sektor yang bersentuhan langsung dengan masyarakat, tak bisa lagi menjadi sumber pendapatan yang diandalkan bagi masyarakat kecil.

Lesunya perekonomian warga di Nunukan berdampak pula pada sopir angkutan kota, yang kini kesulitan mencari nafkah.

Marthen, salah seorang sopir angkutan kota mengatakan, belakangan ini sangat sulit mendapatkan penumpang. Pendapatannya-pun terjun bebas hingga 50 persen dibandingkan pada masa lalu. Jika dulunya ia bisa mendapatkan Rp200.000 dalam sehari, saat ini paling banter hanya Rp100.000 sehari, itupun masih harus dikeluarkan untuk biaya operasional seperti pembelian bahan bakar minyak.  

Warga Jalan Keramat, Kelurahan Nunukan Utara ini mengatakan, saat ini jumlah pengguna jasa angkutan kota sangat sedikit. Bahkan pada hari tertentu, ia tidak mendapatkan seorang penumpang sama sekali.

"Penumpangnya sepi. Kadang dapat Rp100.000, kadang Rp70.000," ujarnya.

Ia menceritakan, dulunya mereka bisa dengan mudah mendapatkan penumpang saat tenaga kerja Indonesia (TKI) masih mengurus dokumen di Nunukan. Atau pada saat TKI akan pulang kampung, para sopir masih bisa melayani mereka dari pelabuhan ke rumah singgah dan sebaliknya.

"Sekarang mereka cuma pindah di pelabuhan. Turun dari Tawau, langsung naik ke kapal Pare-Pare. Begitu juga turun dari kapal Pare-pare langsung naik kapal ke Tawau. Jadi dia tidak ke rumah-rumah lagi. Sudah sepi sekarang penumpang," ujarnya.

Sopir hanya berharap penumpang dari mereka yang bepergian ke pasar setiap harinya. "Apalagi kalau Minggu, tidak ada sama sekali. Ini saya saja seminggu baru mengisi bensin lagi. Karena penumpang kita cuma ibu-ibu yang ke pasar. Sekali-sekali dapat penumpang speed dari Tarakan," ujarnya.

Kenaikan tarif angkutan kota dari Rp3.500 menjadi Rp4.500 pasca kenaikan bahan bakar minyak (BBM) jenis premium tak banyak menolong perekonomian para sopir angkutan kota.

Peluang para sopir angkutan kota untuk mengangkut penumpang semakin kecil, karena mereka harus bersaing dengan mobil plat merah yang digunakan menjemput penumpang speedboat terutama di Dermaga Pos Lintas Batas Laut (PLBL) Lamijung.

Marthen yang memiliki tiga anak yang bekerja di perusahaan perkebunan di Nunukan mengatakan, jika penumpang sangat sepi ia memilih pulang ke rumah dan memarkir angkutan kota miliknya itu, daripada harus keliling Nunukan mencari penumpang.

"Mau tidak mau harus pintar-pintar saja kita mengatur pendapatan. Kalau ada kita dapat syukur. Sekarang sangat susah. Tidak tahu bagaimana pemerintah mengatur roda hidup di sini. Kembali kepada pemerintah, bagaimana supaya bisa memajukan angkot apalagi barang melambung semua harganya," ujarnya.


Anda sedang membaca artikel tentang

Perekonomian Lesu, Sopir di Nunukan Mengeluh

Dengan url

http://beritakaltime.blogspot.com/2013/07/perekonomian-lesu-sopir-di-nunukan.html

Anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya

Perekonomian Lesu, Sopir di Nunukan Mengeluh

namun jangan lupa untuk meletakkan link

Perekonomian Lesu, Sopir di Nunukan Mengeluh

sebagai sumbernya

0 komentar:

Posting Komentar

techieblogger.com Techie Blogger Techie Blogger