Screening Nutrisi Cegah Sakit dan Cacat di Usia Senja

Written By Unknown on Selasa, 30 Oktober 2012 | 12.16

Tribun Kaltim - Selasa, 30 Oktober 2012 12:07 WITA

Tribunkaltim.co.id- Ada beberapa orang yang beranggapan bahwa orang usia lanjut rapuh dan lemah. Hal ini wajar, karena semakin orang menua, semakin menurun pula fungsi organ dan fisiologisnya.

Jika usia lanjut mengalami penurunan lima persen dari berat badan asli, merasa lelah, kecepatan berjalan melambat, tingkat aktivitas fisik berkurang dapat dikategorikan rapuh atau pre disable. Efeknya tingkat mortalitas tinggi, asupan protein rendah, asupan makan sedikit kurang dari 21 kkal/kg berat badan, dan berujung malnutrisi.

Untuk mengetahui usia lanjut atau orang kita mengalami malnutrisi, sebaiknya dilakukan screening nutrisi. dr. Nina Kemalasari, SpPD, KGER dari RSCM menjelaskan pasien yang masuk rumah sakit wajib melakukan screening, baik pasien rawat jalan atau inap, pasien baru atau lama.

"Screening ini standar internasional. Kita atau keluarga bisa melakukan. Karena kita cuma tanya dua hal," kata Nina.

Pertanyaan tersebut merujuk pada instrumen screening Malnutrition Screening Tool (MST), yaitu adakah penurunan berat badan dan apakah ada gangguan makan. Pasien yang datang ke poliklinik, puskesmas, atau rumah sakit pun wajib melakukannya. Dan yang wajib mengerjakan adalah tenaga medis (dokter atau perawat).

"Screening dilakukan secara berkala. Tidak ada patokan harus sebulan atau dua bulan sekali. Pasien datang, harusnya itu dilakukan, lalu dievaluasi. Kalau ada gangguan nutrisi harus lebih sering," jelas Nina.

Dengan screening, usi lanjut bisa menurunkan angka kesakitan, menurunkan rawat inap, mengurangi beban biaya kesehatan, menurunkan angka kematian, hingga peningkatan kualitas hidup dan fungsional.

Dan merujuk kategori usia lanjut, dr. Siti Setiati, SpPD, KGER menjelaskan bahwa di Indonesia patokan usia lanjut di atas 60 tahun, sedangkan di negara barat 60 - 75 tahun (young old), dan 75 tahun ke atas (old old). Tetapi jika dilihat dari sisi biologis dan psikologis berbeda.

"Sisi biologis, 50 tahun sehat dikatakan masih muda, tapi kalau udah sakit-sakit dikategorikan tua, kalau psikologis orang yang berumur 90 tahun aja masih mau dibilang muda," kata Atik, panggilan akrab Siti Setiati.

"Kita tidak hanya memerpanjang umur, tapi panjang umur, dengan menurunkan kecacatan atau kebergantungan, berkualitas, bermanfaat bagi lingkungannya. Itu yang lebih bagus," tandasnya.


Anda sedang membaca artikel tentang

Screening Nutrisi Cegah Sakit dan Cacat di Usia Senja

Dengan url

http://beritakaltime.blogspot.com/2012/10/screening-nutrisi-cegah-sakit-dan-cacat.html

Anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya

Screening Nutrisi Cegah Sakit dan Cacat di Usia Senja

namun jangan lupa untuk meletakkan link

Screening Nutrisi Cegah Sakit dan Cacat di Usia Senja

sebagai sumbernya

0 komentar:

Posting Komentar

techieblogger.com Techie Blogger Techie Blogger